BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Monday, June 20, 2011

Dituju khas kepada Jamil Akhir bin Abu Saman








Pagi ini suluh mentari menghantar pulang
Jejak sepatuku masih ada debu kota meminggir
Diasak embun desa termanggu di halaman 
Seratus langkahku menghampiri anak tangga usang 
Rumah papan atap rumbia menyentak perantau 
Sepi di beranda... 
Kuatur langkahku sebak Syahdu dan gementar
Ada tangisan di wajah 
Menyentuh kenangan di gerbang pintu 
Ayah slalu berkisah 
Kuakan pintu itu ada nasihat
Masih basah keringat 
Memantul warna senja kepulanganmu 
Tanpa sungutan 
Cepat benar masa berlalu 
Waktu ayah menyambutku pulang 
Usiamu diterjah putih kelabu 
Ada perit getir di wajahmu 
Kedut yang membungkus wajahmu 
Mengasak kudrat ke telapak kesat tanganmu
Sering dahulu memeluk kami sebelum ke sekolah 
Menghantar seribu luka di tumitmu 
Dulunya menguak rahsia jalan 
Aku menyambut memapah tubuh gementarmu 
Kulihat dengan genang air mata 
Sejuk dahiku kau kucup penuh restu 
Sepohon pokok rendang tua
Ayah duduk memerhatikanku yang sudah dewasa 
Membawaku ke sisi dan bercerita lagi kepadaku 
Tentang kerinduan yang pernah ada dalam rumah 
Tentang kasihan ibu kepada kami 
Kata ayah “ibumu selalu sabar Memahat senyuman pada dedaun padi Yang menjadi alas kehidupan” 
Ayah, Seperti ibu yang selalu menangis gementar
Memanjat harapan ke hadirat-Nya 
Anak-anakmu juga tidak dapat membezakan
Di antara turun hujan dan air matamu 
Waktu ayah menghambakan hayat 
Menyuah seluruh nafasmu ke bendang 
Antara tergesa-gesa dan mengah
Dalam cahaya senja Ayah, 
Anak-anakmu yang sudah dewasa ini
Sesal dan terharu Bagai kehilangan kuasa lidah
Sekalipun untuk mahu memohon maaf 
Atau.... Berbicara tentang cinta dan kasih sayangmu 
Yang waktu kecil kami dahulu Selalu juga gagal ... ....
.Gagal kami temui dalam setiap dakapan .....
Gagal kami hayati dalam setiap bilah rotanmu .....
Gagal kami dengar dalam setiap doamu
Hanya pelukan yang dapat kami bahasakan
Mengharapkan naluri ayah bertemu bisik hati kami
Betapa kami.... 
tidak mampu pun suarakan saat kami
 menyusun jari di pangkuan mu dalam tangisan
Ayah, Terima kasih kerana airmata mu
Tidak pernah gagal prihatin untuk kami
Terima kasih kerana ingatanmu di hujung rotan 
Tidak pernah gagal mengasihani kami 
Terima kasih kasih sayangmu yang takjub
Tidak pernah gagal mengingatkan kami dalam hati mu 
Terima kasih atas segala susah payah
Tidak pernah gagal memanjatkan doa 


Doa ibu membawa ke syurga 
Doa ayah jalan ke syurga


-Menunggu-



Menunggu sesuatu yang sangat sulit tuk ku jalani
saat ku harus bersabar dan trus bersabar
menantikan kehadiran dirimu
entah sampai kapan aku harus menunggu
sesuatu yang sangat sulit tuk kujalani
hidup dalam kesendirian sepi tanpamu
kadang kuberpikir cari penggantimu
saat kau jauh disana


Gelisah sesaat saja tiada kabarmu kucuriga
entah penantianku takkan sia-sia
dan berikan satu jawaban pasti
entah sampai kapan aku harus bertahan
saat kau jauh disana rasa cemburu
merasuk kedalam pikiranku melayang
tak tentu arah tentang dirimu
apakah sama yang kau rasakan

walau raga kita terpisah jauh
namun hati kita selalu dekat
bila kau rindu pejamkan matamu
dan rasakan a a a aku
kekuatan cinta kita takkan pernah rapuh

terhapus ruang dan waktu
percayakan kesetiaan ini
akan tulus a a ai aishiteru

hapus sendiri pikiran melayang terbang
perasaan resah gelisah
jalani kenyataan hidup tanpa gairah

banyak segala misi dan ambisimu
akhiri semuanya cukup sampai disini
dan buktikan pengorbanan cintamu untukku
kumohon kau kembali

Tuesday, June 14, 2011




Kala…
Raga gontai  langkah tertatih
Angan kosong mimpi menepi
Kau ada…memapah rapuh langkah kaki
Menyapa niscaya menyambut pagi
Kala…
Beban bimbang menyesak dada
Hingga kata-kata yang ada tak mampu bersuara
Kau ada…mengalirkan do’a- do’a
Mengurai bahasa maknai kata-kata
Kala…
Duka menyapa kalbu
Air mata menetes hampa
Kau ada…menghapus nestapaku
Mengalun senandung nada
Hangati  jiwa…dengan senyumu
Kala…
Bahagia menjelma dalam duka
Hati tertawa… semarak canda
Kau pun ada…berbagi suka
Membawa asa menggapai cita
Menyapa teduh penuh pesona
Kala…
Akan ku sandarkan  letih saat ku rapuh
Akan ku nanti saat ku sepi
Akan ku nikmati ceria bersama saat bahagia
Akan kusimpan dan jaga di sudut hati yg lain (andai saja ada)

-Pertemuan-





pada suatu ketika dahulu
satu pertemuan yang kita tak duga
kau dan aku bertemu
disatu tempat yang jauh
mungkin inilah yang dinamakan ketentuan tuhan
tetapi tidak lama selepas itu
hubungan kita terputus ditengah jalan
aku terus dengan kehidupanku
dan kau juga begitu
sepi hatiku kehilangan sahabat sepertimu
tidak dapat kulupakan kenangan bersamamu
tapi kini kau tidak lagi dimataku
tapi ada dihatiku
dengan ikatan persahabatan yang kukuh
ikhlas dari hati kita berdua
akhirnya kita bersua juga
dan kuharapkan pertemuan ini
berakhir dengan ajal yang ditentukan olehNYA
bukanlah kehendak aku
ataupun dirimu